Teknologi 3D printing telah merevolusi cara kita memproduksi berbagai macam objek, mulai dari prototipe sederhana hingga komponen kompleks untuk industri. Dalam beberapa tahun terakhir, 3D printing telah menjadi semakin terjangkau dan mudah diakses oleh pemula. Namun, dengan banyaknya jenis-jenis 3D printing yang ada, mungkin sulit untuk menentukan mana yang paling sesuai dengan kebutuhanmu.
Artikel ini akan membahas berbagai jenis-jenis 3D printing yang wajib kamu ketahui, terutama jika kamu baru memulai di bidang ini. Yuk, kita mulai dengan memahami setiap jenis teknologi 3D printing yang populer!
Baca juga: 5 Troubleshooting 3D Printer, Ada Cara Mengatasinya Juga!
1. Fused Deposition Modeling (FDM)
Fused Deposition Modeling (FDM) adalah teknologi 3D printing yang populer di kalangan pehobi dan pemula. FDM bekerja dengan melelehkan filamen termoplastik seperti PLA atau ABS, yang kemudian diekstrusi melalui nozzle panas untuk membentuk objek 3D lapis demi lapis sesuai pola yang ditentukan oleh perangkat lunak.
Kegunaan: FDM sangat cocok untuk prototyping cepat, pembuatan model fungsional, dan objek-objek sederhana. Teknologi ini sering digunakan oleh para pembuat, desainer, dan insinyur untuk membuat model konsep awal sebelum masuk ke tahap produksi massal.
Material: FDM FDM menggunakan material seperti PLA, ABS, PETG, dan TPU, menawarkan fleksibilitas, kekuatan, dan ketahanan suhu sesuai kebutuhan pengguna.
Jika kamu sedang mencari jasa 3D printing, 3D Print FOMU adalah pilihan tepat untuk kebutuhan cetak 3D-mu, khususnya dengan teknologi FDM.
2. Stereolithography (SLA)
Stereolithography (SLA) adalah teknologi 3D printing pertama yang ditemukan pada tahun 1980-an dan masih populer hingga saat ini. Teknologi ini menggunakan sinar laser ultraviolet untuk mengeraskan resin cair menjadi objek padat. Proses ini disebut photopolymerization, di mana sinar laser secara selektif memadatkan resin berdasarkan desain yang diinginkan, lapis demi lapis, hingga terbentuk objek 3D.
Kegunaan: SLA menghasilkan objek dengan detail tinggi dan permukaan halus, ideal untuk prototipe presisi seperti cetakan gigi dan perhiasan.
Material: Material yang digunakan dalam SLA adalah resin fotopolimer, yang dapat menawarkan berbagai sifat mekanik, optik, dan termal yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi tertentu.
3. Digital Light Processing (DLP)
Digital Light Processing (DLP) adalah teknologi yang mirip dengan SLA, namun dengan perbedaan pada sumber cahaya yang digunakan. DLP menggunakan proyektor digital untuk menampilkan lapisan objek yang akan dicetak. Cahaya dari proyektor ini memadatkan resin fotopolimer pada seluruh lapisan sekaligus, sehingga proses pencetakan lebih cepat dibandingkan dengan SLA.
Kegunaan: DLP cocok untuk produksi komponen-komponen kecil dengan detail tinggi, seperti perhiasan, alat medis, dan miniatur. Karena kecepatan dan akurasi yang dimilikinya, DLP sering digunakan dalam industri yang membutuhkan hasil cepat dengan kualitas yang tinggi.
Material: Sama seperti SLA, DLP menggunakan resin fotopolimer sebagai material dasar.
4. Selective Laser Sintering (SLS)
Selective Laser Sintering (SLS) menggunakan sinar laser berkekuatan tinggi untuk memadukan partikel bubuk polimer menjadi struktur padat. Pada proses ini, bubuk polimer ditempatkan pada platform cetak dan sinar laser akan menyinari dan memadatkan bubuk pada area tertentu sesuai desain objek. Bubuk yang tidak dipadatkan akan tetap berada di tempatnya dan berfungsi sebagai penopang bagi objek yang sedang dicetak.
Kegunaan: SLS ideal untuk objek geometris kompleks tanpa struktur pendukung tambahan, sering digunakan untuk bagian fungsional dan prototipe skala kecil.
Material: Material yang paling umum digunakan dalam SLS adalah nylon, yang dikenal karena kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanannya terhadap berbagai kondisi lingkungan seperti panas, kimia, dan UV.
5. Selective Laser Melting (SLM)
Selective Laser Melting (SLM) adalah teknologi 3D printing yang mirip dengan SLS, namun menggunakan logam sebagai bahan dasar. Pada proses ini, sinar laser digunakan untuk melelehkan partikel-partikel logam dan menggabungkannya menjadi objek padat. Setiap lapisan logam akan dipadatkan satu per satu hingga terbentuk objek sesuai desain.
Kegunaan: SLM cocok untuk komponen logam dengan daya tahan tinggi dengan geometri kompleks, ideal untuk otomotif, kedirgantaraan, dan medis.
Material: SLM menggunakan material seperti aluminium, titanium, dan stainless steel.
6. Direct Metal Laser Sintering (DMLS)
Direct Metal Laser Sintering (DMLS) mirip dengan SLM, namun lebih fokus pada proses peleburan sebagian partikel logam untuk membuat objek. Proses ini menggunakan sinar laser untuk memadukan partikel logam yang sangat halus lapis demi lapis.
Kegunaan: DMLS berguna untuk bagian logam detail tinggi dan kuat, digunakan dalam komponen mesin, alat medis, dan produk logam lainnya.
Material: DMLS menggunakan berbagai jenis logam, termasuk aluminium, titanium, dan kobalt-krom.
7. Fused Filament Fabrication (FFF)
Fused Filament Fabrication (FFF) sering kali dianggap identik dengan FDM, tetapi dalam konteks tertentu, FFF merujuk pada proses serupa yang digunakan dalam skala industri. FFF bekerja dengan cara melelehkan filamen plastik dan mengekstrusinya melalui nozzle panas untuk membentuk objek 3D.
Kegunaan: FFF digunakan untuk pembuatan prototipe cepat dan model fungsional dalam skala besar, serta digunakan dalam berbagai aplikasi industri.
Material: FFF menggunakan filamen termoplastik seperti PLA, ABS, dan PETG, mirip dengan FDM.
8. Binder Jetting
Binder Jetting adalah teknologi 3D printing di mana cairan pengikat digunakan untuk mengikat lapisan bubuk menjadi objek padat. Proses ini dilakukan dengan cara menyemprotkan cairan pengikat pada lapisan bubuk, kemudian lapisan baru ditambahkan dan proses diulang hingga terbentuk objek.
Kegunaan: Binder Jetting Binder digunakan untuk prototipe, model arsitektur, cetakan pasir, dan objek dekoratif atau fungsional dalam jumlah kecil.
Material: Material yang digunakan dalam Binder Jetting meliputi pasir, keramik, dan logam.
9. Material Jetting (PolyJet dan MultiJet)
Material Jetting adalah teknologi 3D printing di mana tetesan material cair disemprotkan dan dikeraskan menggunakan sinar UV untuk membentuk lapisan objek. PolyJet dan MultiJet adalah varian dari teknologi ini yang memungkinkan pencetakan objek dengan beberapa material sekaligus, sehingga menghasilkan objek dengan sifat material yang bervariasi.
Kegunaan: Material Jetting cocok untuk prototipe detail tinggi dan bervariasi, seperti alat medis, elektronik, dan model arsitektur dengan warna berbeda.
Material: Material yang digunakan dalam Material Jetting meliputi resin fotopolimer yang dapat dikeraskan dengan sinar UV.
10. Electron Beam Melting (EBM)
Electron Beam Melting (EBM) adalah teknologi 3D printing yang menggunakan berkas elektron untuk melelehkan bubuk logam dan membentuk objek. Proses ini dilakukan dalam ruang hampa udara untuk menghindari oksidasi logam selama proses pencetakan.
Kegunaan: EBM EBM cocok untuk komponen logam ketahanan tinggi, seperti mesin, kedirgantaraan, dan alat medis, dengan geometri kompleks dan ketahanan sangat tinggi.
Material: EBM menggunakan material seperti titanium dan paduan logam lainnya.
Setiap jenis 3D printing memiliki keunggulan dan keterbatasannya sendiri, sehingga penting untuk memilih teknologi yang paling sesuai dengan kebutuhanmu. Baik kamu seorang pemula yang baru mengenal dunia 3D printing atau seorang profesional yang mencari solusi manufaktur yang tepat, memahami berbagai jenis teknologi 3D printing ini akan membantumu membuat keputusan yang lebih bijaksana.
Jadi, siap untuk memulai proyek 3D printing-mu? Jangan ragu untuk mencoba dan eksplorasi berbagai jenis teknologi 3D printing bersama FOMU!